EKOBIOLOGI
Sitophilus oryzae
Kumbang bubuk S. oryzae
merupakan hama gudang utama di Indonesia. Hama ini tersebar di daerah tropis
dan subtropics dan menyerang biji-bijian yang disimpan, seperti padi, beras,
dan jagung
Kumbang bubuk S. oryzae
mengalami metamorfosis sempurna dari stadium telur sampai menjadi imago
(kumbang dewasa). Telur berwarna putih dengan panjang
kira-kira 0,5 mm. Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari. Larva
tidak bertungkai, berwarna putih jernih. Larva
hidup dalam biji dan merusak biji tersebut. Fase larva terjadi selama 18 hari,
berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Ketika
bergerak, larva agak mengkerut. Sedang kepompongnya tampak seolah telah dewasa. Pupa
dilindungi oleh kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau biji. Pupa
dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerah-merahan
menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2,5
mm dan masa pupa berlangsung selama 6 hari. Imago
mempunyai kepala yang memanjang membentuk moncong (snout). Sayap
mempunyai dua bercak yang berwarna agak pucat. Sayap dapat berkembang sempurna,
sayap belakang berfungsi untuk terbang. Panjang tubuhnya 3,50−5 mm
(Kartasapoetra 1987).
Serangan hama ini
menyebabkan biji berlubang, cepat pecah dan hancur menjadi tepung. Hal ini
ditandai dengan adanya tepung pada butiran yang terserang. Biji dan tepung
dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas biji menurun atau rusak sama
sekali. Perkembangbiakan, aktivitas, dan kopulasi dilakukan pada siang hari dan
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan masa kopulasi hama gudang lainnya.
Lama hidup induk hama ini berlangsung 3-5 bulan. Setiap induk mampu
menghasilkan 300−400 butir telur (Kartasapoetra 1987). Menurut Kalshoven
(1981), telur yang dihasilkan dapat mencapai 575 butir. Perbedaan jumlah telur
disebabkan oleh beragamnya
kualitas makanan.
Menurut Ryoo dan Clio (1992), jenis makanan atau varietas sangat
berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam meletakkan telur. Telur diletakkan
pada biji yang telah dilubangi, tiap lubang diisi satu butir telur. Masing-
masing lubang selanjutnya ditutup dengan sisa gerekan. Lubang gerekan
berdiameter ± 1 mm. Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari. Larva yang
terdapat dalam biji akan terus menggerek biji. Larva tidak berkaki, dan terus
akan berada di dalam lubang gerekan. Demikian pula imago barunya akan tetap
berada di dalam lubang sekitar 5 hari (Kartasapoetra 1987)
Gambar imago Sithopilus oryzae
Hama Sithopilus oryzae ini
termasuk hama primer pada jagung di Indonesia.
Siklus hidup hama ini
berlangsung 28-90 hari, tetapi umumnya sekitar 31 hari. Siklus hidup hama ini
bergantung pada temperatur ruang penyimpanan, kelembapan atau kandungan air
produk yang disimpan, dan jenis produk yang diserang. Pada kelembapan udara
(Rh) 70% dan temperatur 18°C, siklus hidup S. oryzae dari telur menjadi
dewasa atau imago mencapai 91 hari, namun pada Rh 80% dengan temperatur yang
sama, siklus hidup S. oryzae hanya 79 hari (Kartasapoetra 1987). Hama
ini bersifat polifag. Selain merusak butiran-butiran beras, hama juga merusak
jagung, padi, dan lainnya.
Upaya Pengendalian
Penggunaan varietas tahan
merupakan salah satu upaya untuk menekan dan memperkecil kerugian petani akibat
serangan hama, termasuk hama gudang. Selain itu, waktu pemanenan yang tepat
juga berpengaruh terhadap adanya serangan hama. Waktu panen jagung yang tepat
adalah setelah masak fisiologis, yang ditandai dengan kelobot berwarna kuning
dan telah kering atau terlihat lapisan hitam pada ujung biji yang melekat pada
tongkol. Panen yang tepat dapat mengurangi serangan S. oryzae setelah
biji disimpan. Hal yang tak kalah pentingnya ialah penyimpanan yang tepat baik
ketebalan wadah dan suhu penyimpanan yang digunakan serta dengan melakukan
fumigasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar