Senin, 22 April 2013

HIDROPONIK NFT



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Indonesia  merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Otomatis sebagian besar di Indonesia banyak lahan yang digunakan untuk proses produksi pertanian. Namun pada zaman sekarang ini, lahan di Indonesia semakin sempit untuk pertanian, karena dialih fungsikan untuk pembangunan yang bersifat industri seperti pembuatan pusat-pusat pembelanjaan seperti mal-mal, keramaian maupun untuk pelebaran jalan atau pembuatan jalan tol yang banyak memakan lahan-lahan pesawahan. Maka alangkah baiknya kita ikut serta memikirkan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut, yaitu masalah semakin sempitnya lahan untuk bercocok tanaman. Oleh dikarenakan masalah-masalah tadi maka munculah berbagai metode tanam yang hanya membutuhkan lahan sempit akan tetapi masih bisa memprosuksi kebutuhan masyarakat, seperti sayur-sayuran buah-buahan dan lainnya untuk mencukupi akan kebutuhan mereka. Salah satu metode yang di gunakan sekarang ini adalah bertanam dengan media non tanah, di antara salah satu metodenya adalah hidroponik, yaitu metode tanam tanpa menggunakan media tanah sebagi pengikat berbagai nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
Prinsip dasar hidroponik adalah upaya kita memberikan bahan makanan dalam larutan mineral atau nutrisi yang diperlukan tanaman dengan cara siraman, diteteskan atau dengan sistem aliran. Melalui teknik ini dapat dipelihara lebih banyak tanaman dalam satuan ruang yang lebih sempit. Bahkan, tanpa media tanah dapat dipelihara sejumlah tanaman lebih produktif. Di karenakan tidak membutuhkan tempat yang terlalu luas, hanya sekitar satu ruangan, maka hidroponik sangatlah menguntungkan. Seperti pengontrolan hama yang tidak terlalu sulit, pengontrolan akan nutrisi yang dapat dilakukan setiap saat dan juga pengamatan tanaman juga bisa dilakukan setiap saat tanpa mengenal cuaca. Kelebihan lain dari pada hidroponik seperti kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah, air lebih efisien, tidak tergantung musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, dapat mengurangi jumlah tenaga kerja, kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara ergonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan. Teknik pembuatan media tanam hidroponik telah digunakan sejak sebelum masehi lagi. Taman Tergantung Babyloon antara sistem tanaman secara hidroponik yang masyhur diikuti dengan Tamaddun Aztez di Mexico di mana masyarakat Indian menanam secara terapung di permukaan tasik yang cetek atau dapat di katakan sebagai sistem rakit. Marco Polo dalam pengembaraannya mencatatkan bahawa terdapat penduduk di negara China menanam secara hidroponik.
Pada awalnya bertanam secara hidroponik  menggunakan wadah yang hanya berisi air yang telah dicampur dengan pupuk, baik pupuk mikro maupun pupuk makro.Pada perkembangannya, bertanam hidroponik meliputi berbagai cara yaitu bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah yang hanya diisi air berpupuk saja. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah beberapa bahan yang digunakan oleh para praktisi di dunia dalam bertanam secara hidroponik.Menurut Russel (1977), nitrogen merupakansuatu unsur yang paling banyak dibutuhkandalam hubungannya dengan pertumbuhantanaman. Unsur ini dijumpai dalamjumlah besar pada bagian jaringan tanamanyang muda daripada di jaringan tanaman yangtua, terutama berakumulasi pada bagian daundan biji. Nitrogen merupakan unsur penyusunsetiap sel hidup, karenanya terdapat padaseluruh bagian tanaman dan dibutuhkansepanjang pertumbuhannya. Dengan demikian jumlah nitrogen yang diserap tanaman dari dalam tanah berhubungan langsung dengan bobot basah dan bobot kering tanaman.
1.2  Tujuan
Mahasiswa mengerti dan memahami cara pembuatan media tanam non tanah dalam bentuk cair dan padat untuk budidaya sistem hidroponik.






BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam upaya memproduksi tanaman atau makanan secara hidroponik, diperlukan beberapa peralatan dasar agar tanaman dapat tumbuh dengan baik seperti daerah perakaran harus memperoleh cukup udara, air dan unsur hara/nutrisi, sehingga dapat menghasilkan tanaman dan makanan yang berkualitas (Falah, 2004). Yang menurut Ir. Hj. Mimin Rukmini Pakih (2002), seperti makhluk hidup yang lain, tanaman juga tidak dapat tumbuh dan berkembang bila tidak ada pemasukan berupa zat gizi dalam bentuk makanan atau nutrisi. Pemberian nutrisi yang lengkap dan teratur dapat menjamin pertumbuhan yang sempurna. Nutrien yang dibutuhkan tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro tersebut adalah hara yang diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur. Unsur mikro adalah hara yang diperlukan sedikit antara lain mangan, cuprum, molibden, seng, dan ferrum. Unsur-unsur tersebut memiliki kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu, nutrien yang diberikan harus mampu memenuhi semua unsur yang dibutuhkan tanaman..
Nitrogen berguna untuk merangsang pembentukan daun dan pertumbuhan batang serta cabang. Fosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pertumbuhan, dan pemasakan biji serta buah. Kalium membantu dalam menyerap hasil fotosintesis dan menguatkan tanaman. Kalsium mempercepat pertumbuhan akar, batang, dan mempermudah penyerapan kalium. Serta magnesium ikut dalam pembentukan klorofil dan sulfur membantu kerja fosfor (Mimin R, 2002).
Hidroponik mempunyai banyak kelebihan berbanding dengan bertani secara konvensional. Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas ataupun dipergunakan sebagai bisnis dengan luasan yang cukup, dapat mengurangi jumlah tenaga kerja, kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara ergonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan (suejusoh, 2006).
Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi pada tanaman yang di tanam pada media hidroponik dapat dilakukan dengan system pengaliran air yang melarutkan berbagai nutrisi tanaman yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Pengairan nutrisi pada tanaman dengan sistim hidroponik dikenal dua sistem pengairan, yaitu sistem genangan air dan sistem pengaliran air.
            .Sistem pengaliran air adalah dengan cara mengalirkan air kepada wadah dengan ukuran aliran yang diatur sehingga zat hara atau pupuk yang ada di dalam air terserap semua dengan konsentrasi yang hampir merata dan tidak ada pengendapan pada media. Ada dua jenis pengaliran air yang biasa dilakukan untuk hidroponik, yaitu Pengaliran Tetes atau Drip irigation dan  NFT atau Nutrien film technical.
            Sistim pengaliran secara pengaliran tetes (drip irigation) adalah pengairan atau pendistribusian air ke media hidroponik secara meneteskan air dari sumber air melalui pipa-pipa cabang ke pipa distribusi (drip tube) yang besar lubang tetesan air yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Pencampuran Nutrien dapat dilakukan dalam suatu bak atau tabung pencampur atau dengan cara menyuntikan (injeksi) ke dalam pipa. Pipa-pipa yang telah dipakai pada waktu yang cukup lama (lebih kurang 3 bulan) sebagai pipa pendistribusian air nutrien, perlu dibersihkan dari endapan nutrien.
            Sistim pengaliran secara NFT ini adalah dengan cara pengaliran air dibawah akan tanaman, kelebihan air di daur ulang untuk kemudian dialirkan lagi, sehingga larutan tidak ada yang terbuang (Siti, 2008).
            Hidroponik dengan mempergunakan air sebagai media, yaitu air yang sudah mengandung larutan nutrien atau pupuk dialirkan selama 24 jam atau dengan menentukan jangka waktu tertentu. Akar tanaman terendam sebahagian dalam air tersebut sedalam lebih kurang 3 mm (mirip film), sistem ini disebut dengan NFT ( Nutrien Film Technical). Dengan teknik ini reaksi tanaman terhadap perubahan formula pupuk dapat segera terlihat. Air yang mengandung pupuk dialirkan dengan bantuan pompa listrik, jadi listrik harus tersuplai selama 24 jam (Siti, 2008).
            Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960-an dan berkembang pada awal 1970-an secara komersial. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
            Pada sistem NFT, kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed (talang), tangki penampung dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah diproduksi secara massal dan disediakan oleh beberapa perusahaan supplier greenhouse dan pertanian, di Jepang terbuat dari styrofoam, namun di Indonesia belum diproduksi sehingga banyak petani Indonesia memakai talang rumah tangga (lebar 13-17 cm dan panjang 4 meter). Tangki penampung dapat memanfaatkan tempat atau tandon air. Pompa berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari tangki penampung ke bed NFT dengan bantuan jaringan atau selang distribusi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah : kemiringan talang (1-5%) untuk pengaliran larutan nutrisi, kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur oleh pembukaan kran berkisar 0.3-0.75 L/menit) dan lebar talang yang memadai untuk menghindari terbendungnya larutan nutrisi (Falah, 2004).
            Keuntungan dengan sistem media ini kita tidak perlu repot mengganti media setiap kali menanam, begitu tanaman dipanen di pagi hari, talang atau pot sebagai wadahnya dibersihkan dapat langsung disikat atau dicuci, usai dicuci NFT dapat diisi dengan bibit baru (Siti, 2008).















BAB 3. METODOLOGI
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum Teknik Media Tanam dengan judul acara Aplikasi Media Hidroponik Untuk Uji Kualitatif  Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2013 pada pukul 06.00- selesai di laboratorium Hortikultura Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pot plastic
2. Pipa paralon
3. Gelas ukur
4. Cetok atau alat pengaduk
5. Sprayer

3.2.2 Bahan
1. Larutan nutrisi A,B Mix  
2. Pupuk Gandasil B
3. Pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-36
4. Fungisida dan Insektisida
5. Ajir atau Peyangga tanaman

3.3 Cara Kerja
1.        Menanam bibit tomat kedalam media padat/substrat dan bibit kangkung pada media NFT yang telah tersedia terlebih dahulu melepaskan atau membuang polibag bibit
2.        Memadatkan media sekitar bibit dan untuk media NFT berikan penyangga spon pada pangkal bibit
3.        Menyiapkan media dengan air bersih
4.        Menyiapkan dengan Larutan nutrisi A,B Mix  
5.        Melakukan pemupukan dengan NPK, Urea, KCL, dan SP-36.
6.        Melakukan perawatan yaitu : Membuang tunas air, Memasang ajir , dan pengendalian OPT.
7.        Melakukan pengamatan setiap minggu , dengan parameter tinggi tanaman,Jumlah ruas,jumlah daun, jumlah buah pertanaman, dan berat buah pertanaman.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Arie, Indragunawan. 2006. Perancangan Dan Implementasi Sistem Otomatisasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Tehnik Elektro 8(1): 1-4

 

Siti, Istiqomah. 2008. Menanam Hidroponik. Yogyakarat: Aska Press


Ari, Wijayani. 2005. Usaha Menigkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian 12(1): 77-83


Pinus, Lingga. 2007. Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Gramedia

 

Haryoto. 2006. Bertanam seledri dengan hidroponik. Jakarta: Grafindo

 

Bambang, Heliyanto. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Sifat Fisik, Kimia, Dan Biologi Tanah Serta Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal Littri 16(2): 64-69

 

Nina, Rosana. 2011. Tehnik Penggunaan Beberapa Media Tanaman Pada Beberapa Klon Mawar Mini. Buletin Tehnik Pertanian


Tidak ada komentar:

Posting Komentar