Selasa, 23 April 2013

patogen busuk buah kubis


PATOGEN DAN SIKLUS PENYAKIT BUSUK BASAH KUBIS
Erwinia carotovora

Patogen
Penyakit busuk basah disebabkan oleh Bakteri Erwinia carotovora pv. Carotovora (Jones) Dye, 1978. Erwinia adalah genus yang mempunyai bulu cambuk banyak atau peritrich. Peritrich mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya. Bakteri ini menghasilkan enzim ekstraselluler  seperti pektinase yang dapat menguraikan pektin (yang berfungsi untuk merekatkan dinding-dinding sel yang berdampingan). Dengan terurainya pektin sel-sel akan lepas satu sama lain (H. Semangun, 2000).
Erwinia carotovora merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat gram negatif, umumnya berbentuk rantai, tidak berkapsul dan tidak berspora, dapat bergerak aktif dengan 2-5 flagella. Ukuran selnya 1,5-2,0 x 0,6-0,9 mikron (Permadi dan Sastroosiswojo, 1993). Suhu minimum untuk bakteri ini adalah 5oC, optimum 22oC, maksimum 37oC dan akan mati pada suhu 50oC (Agrios, 2005).
Klasifikasi
Kingdom                     : Bacteria
Filum                           : Preobacteria
Kelas                           : Gamma protobacteria 
Ordo                            : Enterubacteriales
Family                         : Enterubacteriaceae
Genus                          : Erwinia
Spesies                        : Erwinia carotovora
Pada konsentrasi yang rendah, bakteri Erwinia carotovora tidak mengaktifkan gen yang terkait dengan patogenisitas. Namun ketika mencapai konsentrasi yang cukup, mekanisme quorum sensing mulai berjalan dan dua set gen mulai diekspresikan. Satu set gen menghasilkan enzim yang terlibat pada pelepasan nutrisi dari inang, sementara set gen lain menghasilkan antibiotik karbapenem. Pembentukan antibiotik dimaksudkan untuk membunuh bakteri spesies lain sehingga dapat dipastikan bahwa nutrisi yang dihasilkan oleh inang hanya tersedia untuk E. carotovora. Demikian seperti dijelaskan oleh Elling Ulvestad dari Departemen Mikrobiologi dan Immunologi, The Gade Institute ..
Pemahaman ilmiah mengenai mekanisme quorum sensing saat ini semakin berkembang dan mengarah pada pemanfaatannya dalam bidang pengobatan
            
Daur Penyakit
Bakteri ini mempertahankan diri dalam tanah dan dalam sisa-sisa tanaman di lapang. Pada umumnya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian. Larva dan imago lalat buah dapat menularkan bakteri, karena serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri dalam tubuhnya.
Di dalam penyimpanan dan pengangkutan infeksi terjadi melalui luka karena gesekan, dan sentuhan antara bagian tanaman yang sehat dan tanaman yang sakit (H. Semangun, 2000). Suhu yang optimal untuk perkembangan bakteri yaitu 27oC. pada keadaan suhu rendah dan kelembaban yang rendah bakteri akan terhambat pertumbuhannya.
Bakteri ini masuk pada jaringan daun kubis melalui hidatoda atau lubang untuk mengeluarkan dan menarik air gutasi pada cuaca sangat lembab, umumnya pada pagi hari, karena gejala ini selalu dimulai ujung tulang daun dan meluas hingga seluruh helaian daun dapat busuk (T. Martoredjo, 2010).
Bakteri busuk lunak merupakan parasit lemah yang dapat melakukan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka misalnya pada bercak yang diinfeksi oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau luka karena alat pertanian yang digunakan untuk memanen kubis.
Siklus penyakit atau perkembangan penyakit dapat dijelaskan sebagai berikut. Bakteri pada awalnya masuk ke luka pada tanaman. Luka ini dapat disebabkan oleh serangga tersebut menyimpan telurnya pada tanaman kubis sehingga menyebabkan luka. Bakteri setelah masuk akan makan dan membelah diri dengan cepat serta merusak sel di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terbentuknya cairan. Selain tiu, bakteri ini menghasilkan enzim pektinase dan selulase. Enzim peptinase dapat menguraikan peptin yang berfungsi untuk merekatkan dinding sel yang berdampingan. Dengan terurainya peptin, sel-sel akan terdesintegrasi. Enzim selulase menyebabkan merusak selulosa dan melunakkan dinding sel. Akibatnya air dari protoplasma berdifusi ke ruang antar sel. Sel kemudian mengalami plasmolisis, kolaps, dan mati. Bakteri selanjutnya bergerak menuju ruang antarsel dan membelah diri sambil mengeluarkan enzimnya sehingga infeksi semakin besar.
Akibat dari hal tersebut di atas, jaringan yang terserang kemudian melunak, berubah bentuk, dan berlendir. Massa dari bakteri yang terdapat pada cairan dalam sel sangat banyak. Akibatnya jaringan gabus yang banyak terserag penyakit ini pun rusak sehingga lendir yang mengandung banyak bakteri tersebar ke dalam tanah atau dalam penyimpanan pasca panen. Hal ini memungkinkan bakteri mengadakan kontak dengan tanaman yang sehat sehingga tanaman sehat pun akan mengalami sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar